Rabu, 07 September 2011

Tatanan Adat ALam Surambi Sungai Pagu

Latar Belakang Sejarah*).
Dalam catatan sejarah, yang menguasai wilayah sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai) Batang Hari sebelum agama Islam berkembang, adalah Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang memerintah hampir bersamaan. Dari berita Cina yang ditulis I-Tsing disebutkan bahwa sekitar tahun 670-an Melayu pernah menjadi bagian dari Sriwijaya (Groenevelt, 1960). Setelah Sriwijaya melemah, Melayu merdeka kembali.
Perkembangan Melayu dapat dibagi menjadi tiga fase ( Hasan Djafar, 1992:77) yaitu:
Fase I       : Fase awal, sekitar perengahan abad ke-7 M.
Fase II      : Fase pendudukan Sriwijaya, sekitar tahun 680 sampai perengahan abad ke -11 M.
Fase III     : Fase akhir,sekitar pertengahan abad ke-11 sampai sekitar abad ke-14 M.
Kerajaan Melayu yang berpusat di DAS Batang Hari mencapai kejayaannya pada sekitar abad XIII-XIV, dan menjalin hubungan dengan kerajaan di Jawa (Java), khususnya Kerajaan SIngasari yang waktu iu diperintah oleh Raja Krtanegara. Hubungan yang terjalin di antara dua kerajaan tersebut tertulis di dalam lapik arca Amoghapasa yang ditemukan di Rambahan. Patung Amoghapasa merupakan duplikat dari patung-patung di Candi Jago, Malang Jawa Timur (Casparis 1989), yang sengaja didatangkan dari Kerajaan Singasari untuk dipersembahkan bagi Kerajaan Melayu.
Prasasti yang dipahatkan di lapik arca Amoghapasa tersebu dikenal dengan nama prasasti Padangroco/Dharmmasraya berangka tahun 1208 Saka (1286 M), dan menyebutkan bahwa pada tahun 1286 M sebuah arca Amoghapasa dengan keempatbelas pengiringnya, dan saptaratna MahaKrtanegara memerintahkan Rakryan Mahamantri Dyah Adwayabhrahma beserta ketiga kawannya untuk mengiringkan arca tersebut.
Seluruh rakyat Melayu dari keempat kasta bersuka cita, terutama rajanya, Srimat Tribhuwana Raja Mauli Warmmadewa ( Hasan Djafar, 1992:56-58).
Isi prasasti tersebut memberikan informasi raja Melayu, Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmmadewa, berkedudukan di Dhamrmasraya. Lokasi Dharmmasraya terdapat di sekitar daerah kampung Rambahan, tempat prasasti ditemukan sekitar tahun 1980-an (Krom, 1912:48).
Arca Amoghapasa ditemukan di Padangroco +  7 Km arah hilir Rambahan. Di punggung arca Amoghapasa juga ditemukan prasasti yang ditulis kemudian yang dikenal dengan prasasti Amoghapasa berangka tahun 1347 M, yang dari isinya dapat diketahui bahwa pada tahun 1347 M, yang memerintah di kerajaan Melayu Dharmmasraya (Swarnabhumi) adalah Raja Adityawarman.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa di DAS Batang hari, khususnya daerah Rambahan, Siguntur, dan Padangroco dan sekitarnya telah muncul sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Melayu Dharmmasraya atau Swarnabhumi, dengan Rajanya yang pertama adalah Tribuwana Mauliwarmmadewa, Akarendrawarmman, dan Adityawarmman, serta raja terakhirnya adalah Ananggawarmman (anak Adityawarmman).
Pusat kerajaan Melayu Dharmmasraya yang semula berada di daerah Rambahan atau Siguntur atau Padangroco kemudian dipindahkan ke daerah pedalaman di sekitar Batusangkar ( Saruaso). Ini terjadi sekitar tahun1347 M ( prasasti Amoghapasa) di masa Raja Adityawarmman.
Dengan demikian diperkirakan bahwa daerah Siguntur/Padangroco atau sekitarnya pernah menjadi pusat kerajaan dan pemukiman yang cukup besar selama lebih kurang 61 tahun. (bersambung)....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar