Kamis, 18 Agustus 2011

Nasionalisme Semu

Dasar Pemikiran.

Nasionalisme dapat didefinisikan sebagai suatu kecenderungan berupa rasa cinta bangsa dari penduduk suatu bangsa. Tinggi atau rendahnya kadar nasionalisme penduduk suatu bangsa adalah ditentukan oleh tinggi atau rendahnya rasa cinta bangsa dari penduduk suatu negara tersebut, dengan asumsi bhawa faktor-faktor lainnya adalah mendukung untuk itu. faktor-faktor lainnya tersebut diantaranya adalah kemerdekaan, kedaulatan, dan kesejahteraan, keamanan serta ideologi, dan lain-lain.

Dengan demikian, pertumbuhan nasionalisme per penduduk adalah ditentukan oleh pertumbuhan rasa cinta bangsa per penduduk, dan pertumbuhan pendudukitu sendiri, dengan asumsi bahwa faktor-faktor lainnya adalah mendukung untuk itu.

Nasionalisme semu adalah rasa cinta bangsa dari pendudk suatu bangsa yang hanya berdasarkan pada kepentingan semata.

Dengan demikian, pertumbuhan nasionalisme semu per penduduk adalah ditentukan oleh pertumbuhan rasa cinta bangsa yang didasarkan pada kepentingan semata, dan pertumbuhan penduduk itu sendiri, dengan asumsi bahwa faktor-faktor lainnya adalah mendukung untuk itu.

Pertumbuhan nasionalisme semu per penduduk secara sendiri-sendiri mempunyai korelasi positif dengan pertumbuhan rasa cinta bangsa yang didasarka kepentingan belaka, dengan asumsi bahwa pertumbuhan penduduk dan faktoe-faktor lainnya adalah konstan.

Hal di atas  adalah karena pertumbuhan kepentingan-kepentingan yang begitu pesat, telah membawa penduduk suatu bangsa tersebut semakin jauh dari nasionalisme yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya adalah bahwa kebenaran hakiki semakin jauh, tetapi kebenaran semu semakinmenjamur.

Pertumbuhan nasionalime  semu per penduduk secara sendiri-sendiri adalah berkorelasi negatif dengan pertumbuhan penduduk itu sendiri, dengan asumsi bahwa pertumbuhan rasa cinta bangsa yang didasarkan pada kepentingan semata dan faktor-faktor lainnya adalah konstan.

Hal ini adalah karena manusia itu pada hakekatnya adalah cenderung pada kebenaran, sehingga dalamprakteknya, jika ada penduduk yang  berani berkata benar, maka ia dipandang sebagai benda asing dalam suatu sistem, dan utnuk itu harus dibuang.

Pertumbuhan nasionalisme semu per penduduk mempunyai korelasi positif dengan pertumbuhan rasa cinta bangsa yang didasarkan kepentingan semata per penduduk, dan pertumbuhan pendudukitu sendiri, secara bersama-sama, dengan asumsi bahwa faktor-faktor lainnya adalah konstan.

Faktor-faktor lainnya konstan adalah dalam pengertian bahwa kemerdekaan, kedaulatan serta kemakmuran hanyalah milik golongan tertentu saja yang dekan dengan penguasa, disertai dengan pendekatan keamanan yang cenderung semakin brutal, bengis dan kejam tetap dipertahankan bahkan semakin ditingkatkan.

Nasionalime Semu dalam Praktek.

Nasionalisme semu didasarkan pada suatu pilihan yang dipandangnya sebagai jalan tengah dan terbaik untuk penguasa dalam mengatasi perbedaan dalam kebhinnekaan. Pilihan tersebut dijadikan sebagai satu-satunya dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seluruh sistem diarahkan pada pencapaian tujuan yang muaranya adalah kebendaan semata. Sistem tersebut akan membutuhkan tumbal-tumbal yang seirama dengan dinamika pembangunan, yang menempatkanok num yang kebetulan sedang berkuasa sebagai pengasa tunggal.

Kemerdekaan, keamanan dan kemakmuran hanya berada disekitar kekuasaan, sedangkan bagi yang jauh dari kekuasaan dijadikan tumbal untuk melanggengkan kekuasaan. Penguasa di sini menciptakan slogan-slogan yang mengakibatkan rakyat terpaksa merelakan dirinya untuk dihisap, karena ketakutan yang sangat, yang bermuara pada menjamurnya manusia-manusia yang ber Tuhan banyak, dengan istilah "berpandai-pandai".

Semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara ditentukan oleh penguasa tunggal, dan diposisikan sedemikian rupa untuk menopang kekuasaannya seperti hukum, HAM, politik, ekonomi, sosial budaya dan agama. Khusus agama hanya dijadikan sebagai sarana pembodohan ummat dengan dalih menyejukkan  ummat. Budaya hidup yang paling canggih waktu itu adalah budaya korupsi dan monopoli dalam segala hal. Semua bentuk pengingkaran dan pengkhianatan dari pihak kekuasaan dipandangnya sebagai suatu "permainan yang cantik". Pokoknya semua sifat-sifat Nambrud, Fir'aun dan Karun di sini meraja lela.

Untuk mencapai situasi di atas, golongan ini pada saat memegang kekuasaan sebelum era reformasi dan demokratisasi, memiliki jurus-jurus yang ampuh untuk melumpuhkan sekaligus memecah belah kelompok-kelompok masyarakat yang dipandang tidak se ide dengan penguasa tunggal. Salah astu juruh yang paling ampuh ersebut adalah "jurus stabilitas". Dengan ini siapapun yang dipandang tidak se ide dengan penguasa tunggal dibidik dengan Undang-Undang subversif, dikucilkan, disingkirkan atau bahkan dihilangkan dengan bahasa "diamankan".

Walaupun reformasi sudah berjalan sepuluh tahun, mengingat indoktrinasi yang telah berjalan puluhan tahun, di Indonesia masih tetap akan terjadi tarik menarik atau peperangan antara golongan yang pro status quo dengan golongan yang pro reformasi dan demokratisasi.

Tulisan in hanyalah bermaksud untuk sekedar mengingatkan kembali dan untuk jadi pelajaran, ke depan bagi anak bangsa yang cinta demokratisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar