Kamis, 09 Agustus 2012

PERAN SERTA SAYA DALAM PERJUANGAN PEMBENTUKAN KABUPATEN SOLOK SELATAN

i. Pengantar.

Dalam suatu perjuangan akan memiliki nilai-nilai kejuangan dari para pelakunya. Suatu perjuangan akan dapat berhasil apabila setidak-tidaknya ada dua hal, yang pertama yaitu ada pejuangnya dan yang kedua yaitu ada pendukung perjuangan tersebut. Pejuang adalah orang yang terjun langsung dalam proses perjuangan tersebut. Sedangkan pendukung adalah orang yang memberikan dukungan terhadap perjuangan tersebut.

Dalam perjuangan pembentukan Kabupaten Solok Selatan yang dimaksud dengan pejuang adalah orang2 yang namanya tercantum didalam Badan Penggerak Pembentukan Kabupaten Solok Selatan (BP2KS2), sedangkan pendukung adalah orang2 yang ikut mendukung perjuangan BP2KS2.

Masing-masing pribadi di dalam BP2KS2 tentu saja mempunyai kapasitas masing-masing pula. Yang dimaksud dengan kapasitas di sini adalah bagaimana peran pribadi tersebut sesuai posisi dan fungsinya dalam  memuluskan perjuangan BP2KS2.

Apabila masing-masing pribadi yang duduk dalam BP2KS2 dan Pansus BP2KS2 menulis peran sertanya dalam perjuangan pembentukan Kabupaten Solok Selatan, tentulah akan menjadi bacaan yang sangat menarik ketika tulisan2 tersebut di rangkai dalam sebuah buku, sehingga masyarakat dapat memahami dan memaklumi keberadaan tokoh-tokoh pejuang Kab. Solok Selatan, dan masyarakatpun akan terlindungi dari perilaku para pahlawan kesiangan yang tentu saja akan membodohi semua orang untuk mencapai tujuannya.

Penulisan ini mencoba menuangkan peran serta Yunizal Bakri, SE dalam kapasitas pribadinya sebagai seorang anggot Panitia Khusus BP2KS2.


A. Pendahuluan.

Ketika saya masih dudk di Sekolah Dasar, saya telah mendengar tentang adanya keinginan dari elit (tokoh) masyarakat Kab. Solok bagian selatan yang terdiri daro tokoh masyarakat Kec. Lembah Gumanti,, Kec. Pantai Cermin, Kec. Sungai Pagi dan Kec. Sangir untuk membentuk sebuah kabupaten yang terpisah dari Kabupaten Solok, yang ketika itu direncanakan diberi nama Kabupaten Sehiliran Batang Hari (SBH).

Setelah saya menamatkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang pada tahun 1990, saya semakin memahami keinginan para elit masyarakat yang terdahulu tersebut, karena sebagai seorang yang pernah dikader di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cab. Padang, saya dapat merasakan adanya perlakuan diskriminatif terhadap putra-putri Solok Selatan dalam segala bidang di Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Solok, oleh elit-elit pemerintahan Kab. Solok yang didominasi oleh elit-elit Solok Utara, dan saya sendiri termasuk yang mengalami itu.

Pikiran saya mulai terfokus ke arah itu adalah setelah Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Pancasilanya yang sakti mandraguna, tetapi ternyata tidak ada apa-apanya, serta semakin  terfokus dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, disertai terjadinya pemekraran wilayah di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya yaitu terbentuknya Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Saya ketika itu menetap di Muaro Sijunjung Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung karena saya mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Mahaputra M. Yamin, dan juga sebagai sekretaris IKASUPA Kab, Swl/Sijunjung.

Bersama Ketua IKASUPA Kab. Swl/Sijunjung Rosman Effendi, SE,SH, MBA, MM pada setiap kesempatan bahkan sampai larut malam, kami selalu mendiskusikan tentang perlunya Kabupaten tersendiri bagi masyarakat di Solok Selatan apabila ingin maju lebih cepat, atau akan tetap menjadi sapi perahan bagi elit-elit pemerintah yang didominasi Solok Utara, karena opini yang berkembang di Utara adalah, kalau Selatan lepas, Utara bisa mati karena hasil di Selatan sangat banyak.

Kami selalu memantau aspirasi dari daerah-daerah yang ingin memekarkan daerahnya.

Pada tahun 2000, aspirasi pembentukan Kab. Sehiliran Batang Hari ( SBH) kembali muncul, dengan digelarnya peremuan tokoh-tokoh masyarakat dari rantau dengan yang di kampung di Gedung nasional Muaralabuh. Namun aspirasi yang berkembang tersebut, oleh elit-elit Pemerintah Kab. Solok dan DPRD Kab. Solok hanya mereka pandang sebagai kepentingan segelintir elit saja. (bersambung)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar