Kamis, 09 Agustus 2012

PERANSERTA SAYA DALAM PERJUANGAN PEMBENTUKAN KABUPATEN SOLOK SELATAN

B. Membentuk Forum Komunikasi Masyarakat Sehiliran Batang Hari (FK-MSBH) di Muaralabuh.

Rosman Effendi sesampainya kembali ke Muaro Sijunjung, menceritakan kepada saya tentang situasi yang terjadi di dalam pertemuan tokoh-tokoh masyarakat di Gedung Nasional Muaralabuh. Selanjutnya kami memandang perlu adanya wadah guna menjembatani keinginan tokoh-tokoh SBH dengan masyarakat SBH itu sendiri.

Setelah menunggu beberapa lama, ternyata belum ada tercipta wadah untuk menjembatani itu, dengan dukungan Rosman Effendi, saya pulang ke Muaralabuh. Kepada Rosman Effendi saya meminta agar ia turut mengkondisikan beberapa orang Sarjana/Sarjana Muda yang dekat dengannya supaya mendukung misi saya.

Pada bulan September tahun 2000, bersama beberapa orang sarjana dan sarjana muda yang ada di Muaralabuh dan Sangir, saya membentuk Forum Komunikasi Masyarakat Sehiliran Batang Hari (FK-MSBH), dengan Ketua; Yunizal Bakri, SE, Wakil Ketua; Romi, S.Sos, ST, Ketua Badan Pelaksana; Hendri Eman, SH, Sekretaris; Vera Sri Mulyani, SH dan Bendahara; Ahmad Yani, AMd. Untuk koordinator Sangir; Ade B. Gustaf.

Pada hari Rabu di bulan September tahun 2000, saya menemui Bapak M. Zein Dt. Bandaro tokoh masyarakat Sangir mantan anggota DPRD Kabupaten Solok, di pasar Padang Aro.

Kepada beliau saya sampaikan tentang tujuan FK-MSBH dan dampak positif terbentuknya sebuah Kabupaten baru di Solok Selatan. Saat itu juga saya sampaikan tentang rencana ibu kota kabupaten yaitu di Padang Aro, dengan dasar pemikiran bahwa Padang Aro sangat strategis (segitiga emas) karena adanya jalan dari Padang-Muaralabuh- Lubuk Gadang tembus ke Sungai Rumbai, dan jalan ke Sungai Penuh.

Mendengar penjelasan saya M. Zein Dt. Bandaro sangat setuju, dan saat itu juga beliau meminta maaf kepada saya, karena beliau pernah mengatkan dulu bahwa sangir tidak akan pernah mau bergabung dengan Sungai Pagu. "Sekarang, marilah kita melangkah ke depan", kata beliau.

Saya sampaikan kepada Rosman Effendi hasil pertemuan saya dengan M. Zein Dt. Bandaro, dan Rosman Effendi semakin bersemangat dan terpacu untuk mengkondisikan tokoh-tokoh masyarakat yang tergabung dalam wadah IKASUPA baik yang berada di Sumatera Barat, maupun di Jakarta, Riau, Medan, Palembang, Bengkulu, dan lain-lainnya.

C..Mensosialisasikan keberadaan FK-MSBH kepada tokoh-tokoh IKASUPA di Jakarta.

Plato mengatakan bahwa sesuatu itu terdapat di dalam sesuatu itu.Untuk mendapatkan sesuatu itu, carilah di dalam sesuatu itu sendiri.

Guna lebih mensosialisasikan keberadaan FK-MSBH, saya berangkat ke Jakarta, untuk menemui tokoh-tokoh masyarakat Sungai Pagu yang berdomisili di Jakarta.

Saya tiba di Jakarta hari kamis tanggal 9 November 2000. Pada hari Jumat tanggal 10 November 2000, saya menemui Zulfahmi Burhan, SE,MM ke gedung pemuda Kompleks Senayan Jakarta, dan sekitar pukul 16.30 WIB saya menemui Asril Maas ke Gedung PUSRI Lt. 6. Saya ditemani oleh Dasril, SPd ( sekarang Wali Nagari Pasir Talang), dan malamnya saya menginap di rumah Dasril.

Zulfahmi Burhan dan Asril Maas pada prinsipnya menyetujui misi saya, dan untuk itu dibutuhkan strategi yang baik, dan untuk tataran elit pemerintahan kabupaten Solok, Zulfahmi siap untuk membantu dan akan melakukan lobi-lobi kepada mereka. Zulfahmi Burhan meminta kepada saya untuk lebih mensosialisasikan misi ini ke tengah-tengah masyarakat di Muaralabuh dan Sangir.

Pada hari Rabu tanggal 15 November 2000, saya menemui Drs. Mudjadid Dulwathan ke Wisma Aldiron Dirgantara kamar no. 032. Setelah saya menjelaskan tentang kedataangan saya ke Jakarta, Mudjadid Dulwathan sangat mendukung misis saya. Berbeda dengan Zulfahmi dan Asril Maas yang moderat, Mudjadid sangat mendukung, malahan Mudjadid sangat tidak suka kepada tokoh-tokoh IKASUPA yang berbaik-baik dengan elit-elit Pemerintahan Kabupaten Solok. Mudjadid mengajak saya untuk menginap di rumahnya.

Pada hari kamis tanggal 16 November 2000, saya menemui Zulkarnain Daulat Yang Dipertuan Bagindo Sultan Besar Tuanku Rajo Disambah Raja Alam Surambi Sungai Pagu ke Jl. Pangandaran I C11/231 Kompleks Anti Lup Jatiwaringin Jakarta Timur.

Zulkarnain menanggapi misi yang saya sedang jalankan secara biasa-biasa saja dan sepertinya setengah tidak percaya, mengingat perjuangan yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat yang terdahulu selalu gagal di tengah jalan, sementara pertanggungjawaban terhadap dana yang mereka telah himpun, mereka tidak pernah melaporkannya kepada masyarakat.

Sejak awal keberangkatan saya ke Jakarta, saya telah memandang bahwa keempat orang yang akan saya temuai merupakan polarisasi pemikiran tokoh-tokoh masyarakat Sungai Pagu di Jakarta. Berdasarkan ini pula saya semakin memahami penyebab adanya kubu-kubu yang saling bertentangan diantar masyarakat perantau Sungai Pagu di Jakarta, yaitu adalah karena masing-masing kubu merasa dirinyalah yang paling benar.

Sementara itu misi FK-MSBH yang dilakukan oleh teman-teman kepada tokoh-tokoh masyarakat 
Sungai Pagu yang berdomisili di Padang, ternyata menerima pengalaman pahit, jangankan dukungan yang mereka dapatkan, tidak jarang cemoohan yang mereka terima, lagi-lagi  masalah pertanggunganjawaban masalah keuangan nantinya.

Menyadari bahwa perjuangan saya melalui FK-MSBH tidak mendapat dukungan yang luas baik oleh masyarakat yang berdomisili di kampung maupun yang berdomisili di rantau, saya memutuskan untuk kembali ke Muaro Sijunjung......(bersambung).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar